February 20, 2021

Mengecoh Monyet Sarkas

Mengecoh Monyet Sirkus

Abu Nawas sedang berjalan-jalan santai. Ada kerumunan orang ramai masa disitu.

Abu Nawas bertanya kepada seorang kawan yang kebetulan berjumpa di tengah jalan. “Ada kerumunan apa di sana?” tanya Abu Nawas.

“Pertunjukkan keliling yang melibatkan monyet ajaib.”

“Apa maksudmu dengan monyet ajaib?” kata Abu Nawas ingin tahu.

“Monyet yang bisa mengerti bahasa manusia, dan yang lebih menakjubkan adalah monyet itu hanya mau tunduk kepada pemiliknya saja.” kata kawan Abu Nawas menambahkan.

Abu Nawas makin tertarik. la tidak tahan untuk menyaksikan kecerdikan dan keajaiban binatang raksasa itu.

Kini Abu Nawas sudah berada di tengah kerumunan para penonton. Karena begitu banyak penonton yang menyaksikan pertunjukkan itu, sang pemilik monyet dengan bangga menawarkan hadiah yang cukup besar bagi siapa saja yang sanggup membuat monyet itu mengangguk-angguk.

Tidak heran bila banyak diantara para penonton mencoba maju satu persatu.

Mereka berusaha dengan beragam cara untuk membuat monyet itu mengangguk-angguk, tetapi sia-sia. Monyet itu tetap menggeleng-gelengkan kepala.

Melihat kegigihan monyet itu Abu Nawas semakin penasaran. Hingga ia maju untuk mencoba. Setelah berhadapan dengan binatang itu Abu Nawas bertanya,

“Tahukah engkau siapa aku?” Monyet itu menggeleng.

“Apakah engkau tidak takut kepadaku?” tanya Abu Nawas lagi. Namun monyet itu tetap menggeleng.

“Apakah engkau takut kepada tuanmu?” tanya Abu Nawas memancing. Monyet itu mulai ragu.

“Bila engkau tetap diam maka akan aku laporkan kepada tuanmu.” lanjut Abu Nawas mulai mengancam. Akhirnya monyet itu terpaksa mengangguk-angguk.

Atas keberhasilan Abu Nawas membuat monyet itu mengangguk-angguk maka ia mendapat hadiah berupa uang yang banyak.

Bukan main marah pemilik monyet itu hingga ia memukuli binatang yang malang itu. Pemilik monyet itu malu bukan kepalang. Hari berikutnya ia ingin menebus kekalahannya.

Kali ini ia melatih monyetnya mengangguk-angguk. Bahkan ia mengancam akan menghukum berat monyetnya bila sampai bisa dipancing penonton mengangguk-angguk terutama oleh Abu Nawas.
Tak peduli apapun pertanyaan yang diajukan.

Saat-saat yang dinantikan tiba. Kini para penonton yang ingin mencoba, harus sanggup membuat monyet itu menggeleng-gelengkan kepala.

Maka seperti hari sebelumnya, banyak para penonton tidak sanggup memaksa monyet itu menggeleng-gelengkan kepala.

Setelah tidak ada lagi yang ingin mencobanya, Abu Nawas maju. la mengulang pertanyaan yang sama.

“Tahukah engkau siapa daku?” Monyet itu mengangguk.

“Apakah engkau tidak takut kepadaku?” Monyet itu tetap mengangguk.

“Apakah engkau tidak takut kepada tuanmu?” pancing Abu Nawas.

Monyet itu tetap mengangguk karena binatang itu lebih takut terhadap ancaman tuannya daripada Abu Nawas.

Akhirnya Abu Nawas mengeluarkan bungkusan kecil berisi balsam panas.

“Tahukah engkau apa guna balsam ini?” Monyet itu tetap mengangguk .

“Baiklah, bolehkah kugosokselangkangmu dengan balsam?” Monyet itu mengangguk. Lalu Abu Nawas menggosok selangkang binatang itu.

Tentu saja monyet itu merasa agak kepanasan dan mulai-panik. Kemudian Abu Nawas mengeluarkan bungkusan yang cukup besar.

Bungkusan itu juga berisi balsam.

“Maukah engkau bila balsam ini kuhabiskan untuk menggosok selangkangmu?” Abu Nawas mulai mengancam.

Monyet itu mulai ketakutan.

Dan rupanya ia lupa ancaman tuannya sehingga ia terpaksa menggeleng-gelengkan kepala sambil mundur beberapa langkah.

Abu Nawas dengan kecerdikan dan akalnya yang licin mampu memenangkan sayembara meruntuhkan kegigihan monyet yang dianggap cerdik.

Ah, jangankan seekor monyet, manusia paling pandai saja bisa dikecoh Abu Nawas!

=====================

Demikianlah semoga bermanfaat untuk kita semua. Amin ya Robbal 'Alamin....

***************************


Lagi Kesah 1001 Malam!









Terima kasih! Jumpa lagi


Baca Lagi Kesah Fidah!




catatan orang kampung

Coretan setiap hari
Weblog xaturen

Lagi Artikel-Artikel Lain Yang Mungkin Menarik

⬆ scroll keatas ⬆


February 19, 2021

Curang Dibalas Curang

Curang Dibalas Curang

Pada suatu petang, ketika Abu Nawas sedang mengajar murid-muridnya. Ada dua orang tetamu datang ke rumahnya. Yang seorang adalah wanita tua penjual kahwa, sedang satunya lagi adalah seorang pemuda berkebangsaan Mesir.

Wanita tua itu berkata beberapa patah kata kemudian diteruskan dengan si pemuda Mesir. Setelah mendengar pengaduan mereka, Abu Nawas menyuruh murid-muridnya menutup kitab mereka.

“Sekarang pulanglah kalian. Ajak teman-teman kalian datang kepadaku pada malam hari ini sambil membawa cangkul, penggali, kapak dan martil serta batu.”

Murid-murid Abu Nawas merasa heran, namun mereka begitu patuh kepada Abu Nawas. Dan mereka merasa yakin gurunya selalu berada membuat kejutan dan berada di pihak yang benar. Pada malam harinya mereka datang ke rumah Abu Nawas dengan membawa peralatan yang diminta oleh Abu Nawas.

Berkata Abu Nawas, ”Hai kalian semua! Pergilah malam hari ini untuk merusak dan merobohkan rumah Tuan Kadi yang baru jadi.”

“Hah? Merusak dan merobohkan rumah Tuan Kadi?” gumam semua muridnya keheranan.

“Apa? Kalian jangan ragu. Laksanakan saja perintah gurumu ini! ”kata Abu Nawas menghapus keraguan murid-muridnya. Barang siapa yang mencegahmu, jangan kau perdulikan, terus pecahkan saja rumah Tuan Kadi yang baru.

Siapa yang bertanya, katakan saja aku yang menyuruh kamu merusak. Barang siapa yang hendak melempar dan memukul kalian, maka pukullah mereka dan lemparilah dengan batu.”

Habis berkata demikian, murid-murid Abu Nawas bergerak ke arah Tuan Kadi. Laksana demonstrasi mereka berteriak-teriak menghancurkan rumah Tuan Kadi.

Orang-orang kampung merasa heran melihat kelakukan mereka. Lebih-lebih ketika tanpa basa-basi lagi mereka langsung merusak rumah Tua Kadi.

Orang-orang kampung itu berusaha mencegah perbuatan mereka, namun karena jumlah murid-murid Abu Nawas terlalu banyak maka orang-orang kampung tak berani mencegah.

Melihat banyak orang merusak rumahnya, Tuan Kadi segera keluar dan bertanya, ”Siapa yang menyuruh kalian merusak rumahku?” Murid-murid itu menjawab, ”Guru kami Tuan Abu Nawas yang menyuruh kami!”

Habis menjawab begitu mereka bukannya berhenti malah terus menghancurkan rumah Tuan Kadi hingga rumah itu roboh dan rata dengan tanah.

Tuan Kadi hanya bisa marah-marah karena tidak orang yang berani membelanya, ”Dasar Abu Nawas provokator, orang gila! Besok pagi aku akan melaporkannya kepada Baginda.

"Benar, esok harinya Tuan Kadi mengadukan kejadian semalam sehingga Abu Nawas dipanggil menghadap Baginda. Setelah Abu Nawas menghadap Baginda, ia ditanya.”

Hai Abu Nawas apa sebabnya kau merusak rumah Kadi itu.” Abu Nawas menjawab, "Wahai Tuanku, sebabnya ialah pada suatu malam hamba bermimpi, bahwasanya Tuan Kadi menyuruh hamba merusak rumahnya.

Sebab rumah itu tidak cocok baginya, ia menginginkan rumah yang lebih bagus lagi. Ya, karena mimpi itu maka hamba merusak rumah Tuan Kadi.”

Baginda berkata,” Hai Abu Nawas, bolehkah hanya karena mimpi sebuah perintah dilakukan? Hukum dari negeri mana yang kau pakai ini?”

Dengan tenang Abu Nawas menjawab, ”Hamba juga memakai hukum Tuan Kadi yang baru ini Tuanku.” Mendengar perkataan Abu Nawas seketika wajah Tuan Kadi menjadi pucat. la terdiam seribu bahasa.

“Hai Kadi benarkah kau mempunyai hukum seperti itu?” tanya Baginda. Tapi Tuan Kadi tiada menjawab, wajahnya nampak pucat, tiada kata yang dapat diucapkan tubuhnya gemetaran karena takut.

“Abu Nawas! Jangan membuatku pusing! Jelaskan kenapa ada peristiwa seperti ini!” perintah Baginda. “Baiklah…….. Abu Nawas tetap tenang.

“Baginda tuanku…. beberapa hari yang lalu ada seorang pemuda Mesir datang ke negeri Baghdad ini untuk berdagang sambil membawa harta yang banyak sekali.

Pada suatu malam ia bermimpi berkawin dengan anak Tuan Kadi dengan mahar sekian banyak, ini hanya mimpi Baginda. Tetapi Tuan Kadi yang mendengar kabar itu langsung mendatangi si pemuda Mesir dan meminta mahar anaknya.

Tentu saja pemuda Mesir itu tak mau membayar mahar hanya karena mimpi. Nah, di sinilah terlihat arogansi Tuan Kadi, ia ternyata merampas semua harta benda milik pemuda Mesir sehingga pemuda itu menjadi seorang pengemis gelandangan dan akhimya ditolong oleh wanita tua penjual kahwa.”

Baginda terkejut mendengar penuturan Abu Nawas, tapi masih belum percaya seratus persen, maka ia memerintahkan Abu Nawas agar memanggil si pemuda Mesir.
Pemuda Mesir itu memang sengaja disuruh Abu Nawas menunggu di depan istana, jadi mudah saja bagi Abu Nawas memanggil pemuda itu ke hadapan Baginda.

Berkata Baginda Raja, ”Hai anak Mesir ceritakanlah hal-ehwal dirimu sejak engkau datang ke negeri ini.” Ternyata cerita pemuda Mesir itu sama dengan cerita Abu Nawas.

Bahkan pemuda itu juga membawa saksi yaitu Pak Tua pemilik pondok tempat dia menginap. “Kurang ajar! Ternyata aku telah mengangkat seorang Kadi yang rendah dan buruk moralnya.”

Baginda sangat murka!. Kadi yang baru itu dipecat dan seluruh harta bendanya dirampas dan diberikan kepada si pemuda Mesir.

Setelah perkara selesai, kembalilah si pemuda Mesir itu dengan Abu Nawas pulang ke rumahnya. Pemuda Mesir itu hendak membalas kebaikan Abu Nawas.

Berkata Abu Nawas, ”Janganlah engkau memberiku barang sesuatupun kepadaku. Aku tidak akan menerimanya sedikitpun jua.”

Pemuda Mesir itu betul-betul mengagumi Abu Nawas. Ketika ia kembali ke negeri Mesir ia menceritakan tentang kehebatan Abu Nawas itu kepada penduduk Mesir sehingga nama Abu Nawas menjadi sangat terkenal.

=====================

Demikianlah semoga bermanfaat untuk kita semua. Amin ya Robbal 'Alamin....

****************************

Lagi Kesah 1001 Malam!


salamceria





Page on facebook :-  burdibird.
Go to burdibird facebook

YouTube channel :-  burdibird.



Terima kasih!


Baca Lagi Kesah Fidah!



February 17, 2021

Abu Nawas Dan Kambing

Abu Nawas dan Kambing

Di negeri Persia hiduplah seorang lelaki yang bernama Abdul Hamid Al-Kharizmi, lelaki ini adalah seorang saudagar yang kaya raya di daerahnya, tetapi sayang usia perkawinannya yang sudah mencapai lima tahun tidak juga dikaruniai seorang anak.

Pada suatu hari, setelah shalat Ashar di Mesjid ia bernazar,
“ya Allah SWT jika engkau mengaruniai aku seorang anak maka akan kusembelih seekor kambing yang memiliki tanduk sebesar jengkal manusia”.

Setelah ia pulang dari mesjid, istrinya yang bernama Nazariah berteriak dari jendela rumahnya:

Nazariah : “hai, hoi, cuit-cuit, suamiku tercinta, aku sayang kepadamu, lekas kemari, cepat aku tak sabar lagi, berita ni, cepat, aku ingin khabarkan pada mu”

Abdul heran dengan sikap istrinya seperti itu, dan langsung cepat-cepat dia masuk kerumah dengan penasaran sebesar gunung.

Abdul : h, h, h, h, h, h, nafasnya kelelahan berlari dari jalan menuju ke rumahnya “ada apa istriku yang cantik?”
Nazariah : “aku hamil kekanda”
Abdul : “kamu hamil?, cihui, hui, “

Sambil meloncat-loncat kegirangan di atas tempat tidur, Plok, dia terperosok ke dalam tempat tidurnya yang terbuat dari papan itu.

Tidak lama setelah kejadian itu istrinya melahirkan seorang anak laki-laki yang sangat cantik dan lucu. Dan diberi nama Sukawati

Pak lurah : “Anak anda kan laki-laki, kenapa diberi nama Sukawati?”
Abdul : “dikarenakan anak saya laki-lakilah makanya saya beri nama Sukawati, jika saya beri nama Sukawan dia disangka homo.
Abdul : “Hai Malik (ajudannya) cepat kamu cari kambing yang mempunyai tanduk sebesar jengkal manusia”.

Malik : “tanduk sebesar jengkal manusia?” ia heran “mau cari dimana tuan?”
Abdul : “cari di dalam hidungmu dongol, ya cari diseluruh ke seluruh negeri ini” Beberapa hari kemudian……………..
Malik : “Tuan Abdul, saya sudah cari kemana-mana tetapi saya tidak menemukan kambing yang punya tanduk sejengkal manusia”

Abdul : “Bagaimana kalau kita membuat notis pengunuman, cepat buat pengumuman ke seluruh negeri bahwa kita membutuhkan seekor kambing yang memiliki tanduk sejengkal manusia untuk disembelih”

Menuruti perintah tuannya, Malik segera menempelkan pengumunan di seluruh negeri itu, dan orang-orang yang memiliki kambing yang bertandukpun datang ke rumah Abdul, seperti pengawas Pemilu, Abdul memeriksa tanduk kambing yang dibawa tersebut.

Abdul : “hai tuan anda jangan menipu saya, kambing ini tidak memiliki tanduk sebesar jengkal manusia” kemudian ia pergi ke kambing lain “jangan main-main tuan, ini tanduk kambing palsu”.

Setelah sekian lama menyeleksi tanduk kambing yang dibawa oleh kontestan pengunuman, ternyata tidak satupun yang sesuai dengan nazarnya kepada Allah swt.

Abdul hampir putus asa, tiba-tiba…………
Abdul : “aha, saya telah ada idea, segera kamu ke ibu kota dan jumpai Pak Abu dan katakan saya ingin meminta tolong masalah saya.

Malik segera menuruti perintah tuannya, dan segera menuju ibu kota dan menjumpai Pak Abu yang punya nama lengkap Abu Nawas.
Malik : “Pak Abu, begini ceritanya, Malik pun menceritakan kesah sebenarnya pada Pak Abu.. Pak Abu bolih bantu tuan saya? ucap Malik seterusnya”

Pak Abu : “katakan pada tuan kamu, bawa kambing yang punya tanduk dan bayinya tersebut besok pagi ke mesjid Fathun Qarib.

Malik segera pulang dan memberitahukan kepada tuannya bahwa Pak Abu bisa membantu dan apa saja kemahuan Pak Abu..,

Di esok pagi Abdul menemui Pak Abu dengan seekor kambing yang punya tanduk dan anaknya yang masih bayi tersebut, beserta isterinya.

Pak Abu : “Baiklah tuan Abdul, jika nazarmu kepada Allah SWT menyembelih kambing yang punya tanduk sebesar jengkal manusia, sekarang tunjukkan mana kambing yang kau bawa kemari, dan mana anakmu”

Abdul : “ini kambing dan anak saya Pak Abu” Pak Abu kemudian mengukur tanduk kembing tersebut dengan jengkal anak bayi tersebut dan Pak abu memperlihatkannya ke Abdul.

Pak Abu : “sekarang kamu sudah bisa membayar nazarmu kepada Allah SWT karena sudah dapat kambing yang pas”

Abdul : “cihui, uhui, pak Abu memang hebat”, dia meloncat-loncat kegirangan di dalam mesjid setelah melakukan sujud syukur, dan tiba-tiba sleit, dia terpeleset jatuh, karena lantainya baru saja di pel oleh pengurus mesjid itu.

=====================

Demikianlah semoga bermanfaat untuk kita semua. Amin ya Robbal 'Alamin....

***************************

Lagi Kesah 1001 Malam!


salamceria





Page on facebook :-  burdibird.
Go to burdibird facebook

YouTube channel :-  burdibird.



Terima kasih!


Baca Lagi Kesah Fidah!



February 16, 2021

Menipu Gajah

Menipu Gajah

Abu Nawas sedang berjalan-jalan santai. Ada kerumunan masa. Abu Nawas bertanya kepada seorang kawan yang kebetutan berjumpa di tengah jalan.

“Ada kerumunan apa di sana?” tanya Abu Nawas.
“Pertunjukkan keliling yang melibatkan gajah ajaib.”
“Apa maksudmu dengan gajah ajaib?” Kata Abu Nawas ingin tahu.
“Gajah yang bisa mengerti bahasa manusia,dan yang lebih menakjubkan adalah gajah itu hanya mau tunduk kepada pemiliknya saja.” kata kawan Abu Nawas menambahkan.

Abu Nawas makin tertarik. Ia tidak tahan untuk menyaksikan kecerdikan dan keajaiban binatang raksasa itu. Kini Abu Nawas sudah berada di tengah kerumunan para penonton.

Karena begitu banyak penonton yang menyaksikan pertunjukkan itu, sang pemilik gajah dengan bangga menawarkan hadiah yang cukup besar bagi siapa saja yang sanggup membuat gajah itu mengang guk-angguk.

Tidak heran bila banyak diantara para penonton mencoba maju satu persatu. Mereka berupaya dengan beragam cara untuk membuat gajah itu mengangguk-angguk, tetapi sia-sia. Gajah itu tetap menggeleng-gelengkan kepala.

Melihat kegigihan gajah itu Abu Nawas semakin penasaran. Hingga ia maju untuk mencoba. Setelah berhadapan dengan binatang itu Abu Nawas bertanya,

“Tahukah engkau siapa aku?” Gajah itu menggeleng.

“Apakah engkau tidak takut kepadaku?” tanya Abu Nawas lagi. Namun gajah itu tetap menggeleng.

“Apakah engkau takut kepada tuanmu?” tanya Abu Nawas memancing. Gajah itu mulai ragu.

“Bila engkau tetap diam maka akan aku laporkan kepada tuanmu.” lanjut Abu Nawas mulai mengancam. Akhirnya gajah itu terpaksa mengangguk-angguk.

Atas keberhasilan Abu Nawas membuat gajah itu mengangguk-angguk maka ia mendapat hadiah berupa uang yang banyak. Bukan main marah pemilik gajah itu hingga ia memukuli binatang yang malang itu.

Pemilik gajah itu malu bukan kepalang. Hari berikutnya ia ingin menebus kekalahannya. Kali ini ia melatih gajahnya mengangguk-angguk.

Bahkan ia mengancam akan menghukum berat gajahnya bila sampai bisa dipancing penonton mengangguk-agguk terutama oleh Abu Nawas. Tak peduli apapun pertanyaan yang diajukan.

Saat-saat yang dinantikan tiba. Kini para penonton yang ingin mecoba, harus sanggup membuat gajah itu menggeleng-gelengkan kepala. Maka seperti hari sebelumnya, para penonton tidak tidak sanggup memaksa gajah itu menggeleng-gelengkan kepala.
Setelah tidak ada lagi yang mencobanya, Abu Nawas maju, ia mengulang pertanyaan yang sama.

Tahukah engkau siapa aku?” Gajah itu mengangguk.

“Apakah engkau tidak takut kepadaku?” Gajah itu tetap mengangguk.

“Apakah engkau tidak takut kepada tuanmu?” pancing Abu Nawas. Gajah itu tetap mengangguk karena binatang itu lebih takut terhadap ancaman tuannya daripada Abu Nawas.

Akhirnya Abu Nawas mengeluarkan bungkusan kecil berisi balsam panas.

“Tahukah engkau apa guna balsam ini?” Gajah itu tetap mengangguk

“Baiklah, bolehkah kugosok selangkangmu dengan balsam?” Gajah itu mengangguk.

Lalu Abu Nawas menggosok selangkang binatang itu. Tentu saja gajah itu merasa agak kepanasan dan mulai panik. Kemudian Abu Nawas mengeluarkan bungkusan yang cukup besar. Bungkusan itu juga berisi balsam.

“Maukah engkau bila balsam ini kuhabiskan untuk menggosok selangkangmu?” Abu Nawas mulai mengancam. Gajah itu mulai ketakutan.

Dan rupanya ia lupa ancaman tuannya sehingga ia terpaksa menggeleng-gelengkan kepala sambil mundur beberapa langkah. Abu Nawas dengan kecerdikan dan akalnya yang licin mampu memenangkan sayembara meruntuhkan kegigihan gajah yang dianggap cerdik.

Ah, jangankan seekor gajah, manusia paling pandai saja bisa dikecoh Abu Nawas!

Kata orang ramai dizaman itu.

=====================

Demikianlah semoga bermanfaat untuk kita semua. Amin ya Robbal 'Alamin....

***************************

Lagi Kesah 1001 Malam!


salamceria





Page on facebook :-  burdibird.
Go to burdibird facebook

YouTube channel :-  burdibird.



Terima kasih!


Baca Lagi Kesah Fidah!



February 15, 2021

Memindah Istana Ke Gunung

Abu Nawas : Memindah Istana Ke Gunung

Baginda Raja baru saja membaca kitab tentang kehebatan Raja Sulaiman yang mampu memerintahkan, para jin memindahkan singgasana Ratu Bilqis di dekat istananya. Baginda tiba-tiba merasa tertarik.

Hatinya mulai tergelitik untuk melakukan hal yang sama. Mendadak beliau ingin istananya dipindahkan ke atas gunung agar bisa lebih leluasa menikmati pemandangan di sekitar. Dan bukankah hal itu tidak mustahil bisa dilakukan karena ada Abu Nawas yang amat cerdik di negerinya.

Tanpa membuang waktu Abu Nawas segera dipanggil untuk menghadap Baginda Raja Harun AI Rasyid.

Setelah Abu Nawas dihadapkan, Baginda bersabda, “Abu Nawas engkau harus memindahkan istanaku ke atas gunung, agar aku lebih leluasa melihat negeriku?” tanya Baginda sambil melirik reaksi Abu Nawas. Abu Nawas tidak langsung menjawab. la berpikir sejenak hingga keningnya berkerut.

Tidak mungkin menolak perintah Baginda kecuali kalau memang ingin dihukum. Akhirnya Abu Nawas terpaksa menyanggupi projek raksasa itu. Ada satu lagi,permintaan dari Baginda, pekerjaan itu harus selesai hanya dalam waktu satu bulan sahaja. Abu Nawas pun pulang dengan hati sugul.

Setiap malam ia hanya berteman dengan rembulan dan bintang-bintang. Hari-hari dilewati dengan kegundahan. Tak ada hari yang lebih berat dalam hidup Abu Nawas kecuali hari-hari dalam bulan ini. Tetapi pada hari kesembilan ia tidak lagi merasa gundah gulana.

Keesokan harinya Abu Nawas menuju istana. la menghadap Baginda untuk membahas pemindahan istana. Dengan senang hati Baginda akan mendengarkan, apa yang diinginkan Abu Nawas.

“Ampun Tuariku, hamba datang ke sini hanya untuk mengajukan usul untuk memperlancar pekerjaan hamba nanti.” kata Abu Nawas.

“Apa usul itu?” titah Baginda Raja Harun AI Rasyid.

“Hamba akan memindahkan istana Paduka yang mulia tepat pada Hari Raya Idul Qurban yang kebetulan hanya kurang dua puluh hari lagi.”

“Kalau hanya usulmu, baiklah.” kata Baginda. “Satu lagi Baginda…..” Abu Nawas menambahkan.

“Apa lagi?” tanya Baginda sedikit gusar.

“Hamba mohon Baginda menyembelih sepuluh ekor sapi yang gemuk untuk dibagikan langsung kepada para fakir miskin.” kata Abu Nawas.

“Usulmu kuterima.” kata Baginda menyetujui permintaan Abu Nawas. Abu Nawas segera pulang dengan perasaan riang gembira.

Kini tidak ada lagi yang perlu dikhawatirkan. Tentu nanti bila waktunya sudah tiba, ia pasti akan dengan mudah memindahkan istana Baginda Raja. Jangankan hanya memindahkan ke puncak gunung, ke dasar samudera pun Abu Nawas sanggup.

Desas-desus mulai tersebar ke seluruh pelosok negeri. Hampir semua orang harap-harap dan berbicara dengan cemas.

Tetapi sebagian besar rakyat merasa yakin atas kemampuan Abu Nawas. Karena selama ini Abu Nawas belum pemah gagal melaksanakan tugas-tugas aneh yang dibebankan di atas pundaknya. Namun ada beberapa orang yang meragukan keberhasilan Abu Nawas kali ini.

Saat-saat yang dinanti-nantikan tiba. Maka Rakyat jelata berbondong-bondong menuju lapangan untuk melakukan sholat Hari Raya Idul Qurban. dan selesai sholat, sepuluh sapi sumbangan Baginda Raja disembelih lalu dimasak kemudian segera dibagikan kepada fakir miskin.

Kini giliran Abu Nawas yang harus melaksanakan tugas berat itu. Abu Nawas berjalan menuju istana diikuti oleh rakyat. Sesampai di depan istana Abu Nawas bertanya kepada Baginda Raja, “Ampun Tuanku yang mulia, apakah istana sudah tidak ada orangnya lagi?”

“Tidak ada.” jawab Baginda Raja singkat. Kemudian Abu Nawas berjalan beberapa langkah mendekati istana. la berdiri sambil memandangi istana. Abu Nawas berdiri mematung seolah-olah ada yang ditunggu. Baginda Raja akhirnya tidak sabar.

“Abu Nawas, mengapa engkau belum juga mengangkat istanaku?” tanya Baginda Raja.

“Hamba sudah siap sejak tadi Baginda tuanku!.” kata Abu Nawas. “Apa maksudmu engkau sudah siap sejak tadi? Kalau engkau sudah siap. Lalu apa yang engkau tunggu?” tanya Baginda masih diliputi perasaan heran.

“Hamba menunggu istana Paduka yang mulia diangkat oleh seluruh rakyat yang hadir untuk diletakkan di atas pundak hamba. Setelah itu hamba tentu akan memindahkan istana Paduka yang mulia ke atas gunung sesuai dengan titah Paduka.”

Baginda Raja Harun Al Rasyid terpana serta terpegun. Baginda Raja Harun AI Rasyid tidak menyangka Abu Nawas masih bisa keluar dari lubang jarum.

=====================

Demikianlah semoga bermanfaat untuk kita semua. Amin ya Robbal 'Alamin....

***************************

Lagi Kesah 1001 Malam!


salamceria





Page on facebook :-  burdibird.
Go to burdibird facebook

YouTube channel :-  burdibird.



Terima kasih!


Baca Lagi Kesah Fidah!