February 17, 2021

Abu Nawas Dan Kambing

Abu Nawas dan Kambing

Di negeri Persia hiduplah seorang lelaki yang bernama Abdul Hamid Al-Kharizmi, lelaki ini adalah seorang saudagar yang kaya raya di daerahnya, tetapi sayang usia perkawinannya yang sudah mencapai lima tahun tidak juga dikaruniai seorang anak.

Pada suatu hari, setelah shalat Ashar di Mesjid ia bernazar,
“ya Allah SWT jika engkau mengaruniai aku seorang anak maka akan kusembelih seekor kambing yang memiliki tanduk sebesar jengkal manusia”.

Setelah ia pulang dari mesjid, istrinya yang bernama Nazariah berteriak dari jendela rumahnya:

Nazariah : “hai, hoi, cuit-cuit, suamiku tercinta, aku sayang kepadamu, lekas kemari, cepat aku tak sabar lagi, berita ni, cepat, aku ingin khabarkan pada mu”

Abdul heran dengan sikap istrinya seperti itu, dan langsung cepat-cepat dia masuk kerumah dengan penasaran sebesar gunung.

Abdul : h, h, h, h, h, h, nafasnya kelelahan berlari dari jalan menuju ke rumahnya “ada apa istriku yang cantik?”
Nazariah : “aku hamil kekanda”
Abdul : “kamu hamil?, cihui, hui, “

Sambil meloncat-loncat kegirangan di atas tempat tidur, Plok, dia terperosok ke dalam tempat tidurnya yang terbuat dari papan itu.

Tidak lama setelah kejadian itu istrinya melahirkan seorang anak laki-laki yang sangat cantik dan lucu. Dan diberi nama Sukawati

Pak lurah : “Anak anda kan laki-laki, kenapa diberi nama Sukawati?”
Abdul : “dikarenakan anak saya laki-lakilah makanya saya beri nama Sukawati, jika saya beri nama Sukawan dia disangka homo.
Abdul : “Hai Malik (ajudannya) cepat kamu cari kambing yang mempunyai tanduk sebesar jengkal manusia”.

Malik : “tanduk sebesar jengkal manusia?” ia heran “mau cari dimana tuan?”
Abdul : “cari di dalam hidungmu dongol, ya cari diseluruh ke seluruh negeri ini” Beberapa hari kemudian……………..
Malik : “Tuan Abdul, saya sudah cari kemana-mana tetapi saya tidak menemukan kambing yang punya tanduk sejengkal manusia”

Abdul : “Bagaimana kalau kita membuat notis pengunuman, cepat buat pengumuman ke seluruh negeri bahwa kita membutuhkan seekor kambing yang memiliki tanduk sejengkal manusia untuk disembelih”

Menuruti perintah tuannya, Malik segera menempelkan pengumunan di seluruh negeri itu, dan orang-orang yang memiliki kambing yang bertandukpun datang ke rumah Abdul, seperti pengawas Pemilu, Abdul memeriksa tanduk kambing yang dibawa tersebut.

Abdul : “hai tuan anda jangan menipu saya, kambing ini tidak memiliki tanduk sebesar jengkal manusia” kemudian ia pergi ke kambing lain “jangan main-main tuan, ini tanduk kambing palsu”.

Setelah sekian lama menyeleksi tanduk kambing yang dibawa oleh kontestan pengunuman, ternyata tidak satupun yang sesuai dengan nazarnya kepada Allah swt.

Abdul hampir putus asa, tiba-tiba…………
Abdul : “aha, saya telah ada idea, segera kamu ke ibu kota dan jumpai Pak Abu dan katakan saya ingin meminta tolong masalah saya.

Malik segera menuruti perintah tuannya, dan segera menuju ibu kota dan menjumpai Pak Abu yang punya nama lengkap Abu Nawas.
Malik : “Pak Abu, begini ceritanya, Malik pun menceritakan kesah sebenarnya pada Pak Abu.. Pak Abu bolih bantu tuan saya? ucap Malik seterusnya”

Pak Abu : “katakan pada tuan kamu, bawa kambing yang punya tanduk dan bayinya tersebut besok pagi ke mesjid Fathun Qarib.

Malik segera pulang dan memberitahukan kepada tuannya bahwa Pak Abu bisa membantu dan apa saja kemahuan Pak Abu..,

Di esok pagi Abdul menemui Pak Abu dengan seekor kambing yang punya tanduk dan anaknya yang masih bayi tersebut, beserta isterinya.

Pak Abu : “Baiklah tuan Abdul, jika nazarmu kepada Allah SWT menyembelih kambing yang punya tanduk sebesar jengkal manusia, sekarang tunjukkan mana kambing yang kau bawa kemari, dan mana anakmu”

Abdul : “ini kambing dan anak saya Pak Abu” Pak Abu kemudian mengukur tanduk kembing tersebut dengan jengkal anak bayi tersebut dan Pak abu memperlihatkannya ke Abdul.

Pak Abu : “sekarang kamu sudah bisa membayar nazarmu kepada Allah SWT karena sudah dapat kambing yang pas”

Abdul : “cihui, uhui, pak Abu memang hebat”, dia meloncat-loncat kegirangan di dalam mesjid setelah melakukan sujud syukur, dan tiba-tiba sleit, dia terpeleset jatuh, karena lantainya baru saja di pel oleh pengurus mesjid itu.

=====================

Demikianlah semoga bermanfaat untuk kita semua. Amin ya Robbal 'Alamin....

***************************

Lagi Kesah 1001 Malam!


salamceria





Page on facebook :-  burdibird.
Go to burdibird facebook

YouTube channel :-  burdibird.



Terima kasih!


Baca Lagi Kesah Fidah!



February 16, 2021

Menipu Gajah

Menipu Gajah

Abu Nawas sedang berjalan-jalan santai. Ada kerumunan masa. Abu Nawas bertanya kepada seorang kawan yang kebetutan berjumpa di tengah jalan.

“Ada kerumunan apa di sana?” tanya Abu Nawas.
“Pertunjukkan keliling yang melibatkan gajah ajaib.”
“Apa maksudmu dengan gajah ajaib?” Kata Abu Nawas ingin tahu.
“Gajah yang bisa mengerti bahasa manusia,dan yang lebih menakjubkan adalah gajah itu hanya mau tunduk kepada pemiliknya saja.” kata kawan Abu Nawas menambahkan.

Abu Nawas makin tertarik. Ia tidak tahan untuk menyaksikan kecerdikan dan keajaiban binatang raksasa itu. Kini Abu Nawas sudah berada di tengah kerumunan para penonton.

Karena begitu banyak penonton yang menyaksikan pertunjukkan itu, sang pemilik gajah dengan bangga menawarkan hadiah yang cukup besar bagi siapa saja yang sanggup membuat gajah itu mengang guk-angguk.

Tidak heran bila banyak diantara para penonton mencoba maju satu persatu. Mereka berupaya dengan beragam cara untuk membuat gajah itu mengangguk-angguk, tetapi sia-sia. Gajah itu tetap menggeleng-gelengkan kepala.

Melihat kegigihan gajah itu Abu Nawas semakin penasaran. Hingga ia maju untuk mencoba. Setelah berhadapan dengan binatang itu Abu Nawas bertanya,

“Tahukah engkau siapa aku?” Gajah itu menggeleng.

“Apakah engkau tidak takut kepadaku?” tanya Abu Nawas lagi. Namun gajah itu tetap menggeleng.

“Apakah engkau takut kepada tuanmu?” tanya Abu Nawas memancing. Gajah itu mulai ragu.

“Bila engkau tetap diam maka akan aku laporkan kepada tuanmu.” lanjut Abu Nawas mulai mengancam. Akhirnya gajah itu terpaksa mengangguk-angguk.

Atas keberhasilan Abu Nawas membuat gajah itu mengangguk-angguk maka ia mendapat hadiah berupa uang yang banyak. Bukan main marah pemilik gajah itu hingga ia memukuli binatang yang malang itu.

Pemilik gajah itu malu bukan kepalang. Hari berikutnya ia ingin menebus kekalahannya. Kali ini ia melatih gajahnya mengangguk-angguk.

Bahkan ia mengancam akan menghukum berat gajahnya bila sampai bisa dipancing penonton mengangguk-agguk terutama oleh Abu Nawas. Tak peduli apapun pertanyaan yang diajukan.

Saat-saat yang dinantikan tiba. Kini para penonton yang ingin mecoba, harus sanggup membuat gajah itu menggeleng-gelengkan kepala. Maka seperti hari sebelumnya, para penonton tidak tidak sanggup memaksa gajah itu menggeleng-gelengkan kepala.
Setelah tidak ada lagi yang mencobanya, Abu Nawas maju, ia mengulang pertanyaan yang sama.

Tahukah engkau siapa aku?” Gajah itu mengangguk.

“Apakah engkau tidak takut kepadaku?” Gajah itu tetap mengangguk.

“Apakah engkau tidak takut kepada tuanmu?” pancing Abu Nawas. Gajah itu tetap mengangguk karena binatang itu lebih takut terhadap ancaman tuannya daripada Abu Nawas.

Akhirnya Abu Nawas mengeluarkan bungkusan kecil berisi balsam panas.

“Tahukah engkau apa guna balsam ini?” Gajah itu tetap mengangguk

“Baiklah, bolehkah kugosok selangkangmu dengan balsam?” Gajah itu mengangguk.

Lalu Abu Nawas menggosok selangkang binatang itu. Tentu saja gajah itu merasa agak kepanasan dan mulai panik. Kemudian Abu Nawas mengeluarkan bungkusan yang cukup besar. Bungkusan itu juga berisi balsam.

“Maukah engkau bila balsam ini kuhabiskan untuk menggosok selangkangmu?” Abu Nawas mulai mengancam. Gajah itu mulai ketakutan.

Dan rupanya ia lupa ancaman tuannya sehingga ia terpaksa menggeleng-gelengkan kepala sambil mundur beberapa langkah. Abu Nawas dengan kecerdikan dan akalnya yang licin mampu memenangkan sayembara meruntuhkan kegigihan gajah yang dianggap cerdik.

Ah, jangankan seekor gajah, manusia paling pandai saja bisa dikecoh Abu Nawas!

Kata orang ramai dizaman itu.

=====================

Demikianlah semoga bermanfaat untuk kita semua. Amin ya Robbal 'Alamin....

***************************

Lagi Kesah 1001 Malam!


salamceria





Page on facebook :-  burdibird.
Go to burdibird facebook

YouTube channel :-  burdibird.



Terima kasih!


Baca Lagi Kesah Fidah!



February 15, 2021

Memindah Istana Ke Gunung

Abu Nawas : Memindah Istana Ke Gunung

Baginda Raja baru saja membaca kitab tentang kehebatan Raja Sulaiman yang mampu memerintahkan, para jin memindahkan singgasana Ratu Bilqis di dekat istananya. Baginda tiba-tiba merasa tertarik.

Hatinya mulai tergelitik untuk melakukan hal yang sama. Mendadak beliau ingin istananya dipindahkan ke atas gunung agar bisa lebih leluasa menikmati pemandangan di sekitar. Dan bukankah hal itu tidak mustahil bisa dilakukan karena ada Abu Nawas yang amat cerdik di negerinya.

Tanpa membuang waktu Abu Nawas segera dipanggil untuk menghadap Baginda Raja Harun AI Rasyid.

Setelah Abu Nawas dihadapkan, Baginda bersabda, “Abu Nawas engkau harus memindahkan istanaku ke atas gunung, agar aku lebih leluasa melihat negeriku?” tanya Baginda sambil melirik reaksi Abu Nawas. Abu Nawas tidak langsung menjawab. la berpikir sejenak hingga keningnya berkerut.

Tidak mungkin menolak perintah Baginda kecuali kalau memang ingin dihukum. Akhirnya Abu Nawas terpaksa menyanggupi projek raksasa itu. Ada satu lagi,permintaan dari Baginda, pekerjaan itu harus selesai hanya dalam waktu satu bulan sahaja. Abu Nawas pun pulang dengan hati sugul.

Setiap malam ia hanya berteman dengan rembulan dan bintang-bintang. Hari-hari dilewati dengan kegundahan. Tak ada hari yang lebih berat dalam hidup Abu Nawas kecuali hari-hari dalam bulan ini. Tetapi pada hari kesembilan ia tidak lagi merasa gundah gulana.

Keesokan harinya Abu Nawas menuju istana. la menghadap Baginda untuk membahas pemindahan istana. Dengan senang hati Baginda akan mendengarkan, apa yang diinginkan Abu Nawas.

“Ampun Tuariku, hamba datang ke sini hanya untuk mengajukan usul untuk memperlancar pekerjaan hamba nanti.” kata Abu Nawas.

“Apa usul itu?” titah Baginda Raja Harun AI Rasyid.

“Hamba akan memindahkan istana Paduka yang mulia tepat pada Hari Raya Idul Qurban yang kebetulan hanya kurang dua puluh hari lagi.”

“Kalau hanya usulmu, baiklah.” kata Baginda. “Satu lagi Baginda…..” Abu Nawas menambahkan.

“Apa lagi?” tanya Baginda sedikit gusar.

“Hamba mohon Baginda menyembelih sepuluh ekor sapi yang gemuk untuk dibagikan langsung kepada para fakir miskin.” kata Abu Nawas.

“Usulmu kuterima.” kata Baginda menyetujui permintaan Abu Nawas. Abu Nawas segera pulang dengan perasaan riang gembira.

Kini tidak ada lagi yang perlu dikhawatirkan. Tentu nanti bila waktunya sudah tiba, ia pasti akan dengan mudah memindahkan istana Baginda Raja. Jangankan hanya memindahkan ke puncak gunung, ke dasar samudera pun Abu Nawas sanggup.

Desas-desus mulai tersebar ke seluruh pelosok negeri. Hampir semua orang harap-harap dan berbicara dengan cemas.

Tetapi sebagian besar rakyat merasa yakin atas kemampuan Abu Nawas. Karena selama ini Abu Nawas belum pemah gagal melaksanakan tugas-tugas aneh yang dibebankan di atas pundaknya. Namun ada beberapa orang yang meragukan keberhasilan Abu Nawas kali ini.

Saat-saat yang dinanti-nantikan tiba. Maka Rakyat jelata berbondong-bondong menuju lapangan untuk melakukan sholat Hari Raya Idul Qurban. dan selesai sholat, sepuluh sapi sumbangan Baginda Raja disembelih lalu dimasak kemudian segera dibagikan kepada fakir miskin.

Kini giliran Abu Nawas yang harus melaksanakan tugas berat itu. Abu Nawas berjalan menuju istana diikuti oleh rakyat. Sesampai di depan istana Abu Nawas bertanya kepada Baginda Raja, “Ampun Tuanku yang mulia, apakah istana sudah tidak ada orangnya lagi?”

“Tidak ada.” jawab Baginda Raja singkat. Kemudian Abu Nawas berjalan beberapa langkah mendekati istana. la berdiri sambil memandangi istana. Abu Nawas berdiri mematung seolah-olah ada yang ditunggu. Baginda Raja akhirnya tidak sabar.

“Abu Nawas, mengapa engkau belum juga mengangkat istanaku?” tanya Baginda Raja.

“Hamba sudah siap sejak tadi Baginda tuanku!.” kata Abu Nawas. “Apa maksudmu engkau sudah siap sejak tadi? Kalau engkau sudah siap. Lalu apa yang engkau tunggu?” tanya Baginda masih diliputi perasaan heran.

“Hamba menunggu istana Paduka yang mulia diangkat oleh seluruh rakyat yang hadir untuk diletakkan di atas pundak hamba. Setelah itu hamba tentu akan memindahkan istana Paduka yang mulia ke atas gunung sesuai dengan titah Paduka.”

Baginda Raja Harun Al Rasyid terpana serta terpegun. Baginda Raja Harun AI Rasyid tidak menyangka Abu Nawas masih bisa keluar dari lubang jarum.

=====================

Demikianlah semoga bermanfaat untuk kita semua. Amin ya Robbal 'Alamin....

***************************

Lagi Kesah 1001 Malam!


salamceria





Page on facebook :-  burdibird.
Go to burdibird facebook

YouTube channel :-  burdibird.



Terima kasih!


Baca Lagi Kesah Fidah!



February 14, 2021

Berani Bertaruh

Abu Nawas: Berani Bertaruh

Pada suatu petang ketika Abu Nawas ke warung teh, kawan-kawannya sudah berada di situ. Mereka memang sengaja sedang menunggu Abu Nawas.

“Nah itu dia Abu Nawas datang.” kata salah seorang dari mereka.

“Ada apa?” kata Abu Nawas sambil memesan secangkir teh hangat.

“Kami tahu engkau selalu bisa melepaskan diri dari perangkap-perangkap yang dirancang Baginda Raja Harun Al Rasyid. Tetapi kami yakin kali ini engkau pasti dihukum Baginda Raja bila engkau berani melakukannya.” kawan-kawan Abu Nawas membuka percakapan.

“Apa yang harus kutakutkan. Tidak ada sesuatu apapun yang perlu ditakuti kecuali kepada Tuhan” kata Abu Nawas menentang.

“Selama ini belum pernah ada seorang pun di negeri ini yang berani memantati Baginda Raja Harun Al Rasyid. Bukankah begitu hai Abu Nawas?” tanya kawan Abu Nawas.

“Tentu saja tidak ada yang berani melakukan hal itu karena itu adalah pelecehan yang amat berat hukumannya pasti dipancung.” kata Abu Nawas memberitahu.

“Itulah yang ingin kami ketahui darimu. Beranikah engkau melakukannya?”

“Sudah kukatakan bahwa aku hanya takut kepada Tuhan saja. Sekarang apa taruhannya bila aku bersedia melakukannya?” Abu Nawas ganti bertanya.

“Seratus keping uang emas. Disamping itu Baginda harus tertawa tatkala engkau pantati.” kata mereka. Abu Nawas pulang setelah menyanggupi tawaran yang amat berbahaya itu.

Kawan-kawan Abu Nawas tidak yakin Abu Nawas sanggup membuat Baginda Raja tertawa apalagi ketika dipantati. Kayaknya kali ini Abu Nawas harus berhadapan dengan algojo pemenggal kepala.

Minggu depan Baginda Raja Harun Al Rasyid akan mengadakan jamuan kenegaraan. Para menteri, pegawai istana dan orang-orang dekat Baginda diundang, termasuk Abu Nawas.

Abu Nawas merasa hari-hari berlalu dengan cepat karena ia harus menciptakan jalan keluar yang paling aman bagi keselamatan lehernya dari pedang algojo. Tetapi bagi kawan-kawan Abu Nawas hari-hari terasa amat panjang. Karena mereka tak sabar menunggu pertaruhan yang amat mendebarkan itu.

Persiapan-persiapan di halaman istana sudah dimulai. Baginda Raja menginginkan perjamuan nanti meriah karena Baginda juga mengundang rajaraja dari negeri sahabat.

Ketika hari yang dijanjikan tiba, semua tamu sudah datang kecuali Abu Nawas. Kawan-kawan Abu Nawas yang menyaksikan dari jauh merasa kecewa karena Abu Nawas tidak hadir. Namun temyata mereka keliru. Abu Nawas bukannya tidak datang tetapi terlambat sehingga Abu Nawas duduk di tempat yang paling belakang.

Ceramah-ceramah yang mengesankan mulai disampaikan oleh para ahli pidato. Dan tibalah giliran Baginda Raja Harun Al Rasyid menyampaikan pidatonya.

Seusai menyampaikan pidato Baginda melihat Abu Nawas duduk sendirian di tempat yang tidak ada karpetnya. Karena merasa heran Baginda bertanya, “Mengapa engkau tidak duduk di atas karpet?”

“Paduka yang mulia, hamba haturkan terima kaslh atas perhatian Baginda. Hamba sudah merasa cukup bahagia duduk di sini.” kata Abu Nawas.

“Wahai Abu Nawas, majulah dan duduklah di atas karpet nanti pakaianmu kotor karena duduk di atas tanah.” Baginda Raja menyarankan.

“Ampun Tuanku yang mulia, sebenarnya hamba ini sudah duduk di atas karpet.”

Baginda bingung mendengar pengakuan Abu Nawas. Karena Baginda melihat sendiri Abu Nawas duduk di atas lantai. “Karpet yang mana yang engkau maksudkan wahai Abu Nawas?” tanya Baginda masih bingung.

“Karpet hamba sendiri Tuanku yang mulia. Sekarang hamba selalu membawa karpet ke manapun hamba pergi.” Kata Abu Nawas seolah-olah menyimpan misteri.

“Tetapi sejak tadi aku belum melihat karpet yang engkau bawa.” kata Baginda Raja bertambah bingung.

“Baiklah Baginda yang mulia, kalau memang ingin tahu maka dengan senang hati hamba akan menunjukkan kepada Paduka yang mulia.”

kata Abu Nawas sambil beringsut-ringsut ke depan. Setelah cukup dekat dengan Baginda, Abu Nawas berdiri kemudian menungging menunjukkan potongan karpet yang ditempelkan di bagian pantatnya.

Abu Nawas kini seolah-olah memantati Baginda Raja Harun Al Rasyid. Melihat ada sepotong karpet menempel di pantat Abu Nawas, Baginda Raja tak bisa membendung tawa sehingga beliau terpingkal-pingkal diikuti oleh para undangan.

Menyaksikan kejadian yang menggelikan itu membuat tawa Raja, maka kawan-kawan Abu Nawas merasa sangat kagum.

Maka ketahuilah mereka Abu Nawas seorang yang sangat pintar.

=====================

Demikianlah semoga bermanfaat untuk kita semua. Amin ya Robbal 'Alamin....

***************************

Lagi Kesah 1001 Malam!


salamceria





Page on facebook :-  burdibird.
Go to burdibird facebook

YouTube channel :-  burdibird.



Terima kasih!


Baca Lagi Kesah Fidah!



February 13, 2021

Enam Ekor Lembu Yang Pandai Berkata-Kata

Enam Ekor Lembu Yang Pandai Berkata-Kata

Pada suatu hari Sultan Harunnurasyid menyuruh panggil Abu Nawas pula datang menghadap baginda. Sebab pikir baginda, Abu Nawas sangat cerdik, jadi hendak diujinya.

Maka Abu Nawas pun datanglah, lalu menyembah. Titah Sultan Harunnurasyid kepadanya, “Hai, Abu Nawas, aku menginginkan enam ekor lembu yang pandai berkata-kata dan yang berjanggut. Dalam tujuh hari ini hendaklah sudah ada keenam binatang itu disini! Jika tiada dapat olehmu, niscaya engkau kusuruh bunuh”.

Sembah Abu Nawas, “Baiklah, Tuanku Syah Alam, patik junjung titah Tuanku itu”.

Maka segala orang yang duduk pada majelis raja itu pun berkata sama sendirinya, “ Sekali ini matilah Abu Nawas dibunuh oleh Sultan Harunnurasyid”.

Setelah itu maka Abu Nawas pun lalulah bermohon ke luar, pulang ke rumahnya. Serta sampai, lalu ia duduk berdiam diri memikirkan kehendak amirulmukminin yang demikian itu. Sehari pun tiada ia keluar dari dalam rumahnya. Sekalian orang yang melihat hal Abu Nawas itu, heranlah.

Setelah sampai akan hari yang dijanjikan oleh Sultan Harunnurasyid itu, barulah Abu Nawas keluar dari dalam rumahnya, lalu ia berjalan menuju ke pangkalan orang nelayan. Di tengah jalan ia bertemu dengan orang-orang yang berjalan ke pangkalan itu jua, lalu dipanggilnya, “Hai orang muda! Hari ini apa harinya”?

Yang mana mengatakan yang betul hari itu, dilepaskan oleh Abu Nawas dan yang salah jawabnya, ditahannya orang itu. Maka berlain-lainlah jawab mereka itu, seorang mengatakan hari ini, seorang mengatakan hari itu, seorangpun tak ada yang betul jawabnya.

Kata Abu Nawas kepada orang itu, “Kata engkau, hari ini dan hari anu; disini tak ada ini, tak ada itu, tak ada anu, melainkan esok hari barulah yang betul; kita pergi menghadap Sultan Harunnurasyid, disanalah baru dapat yang betul itu”.

Keesokan harinya, pada majelis raja Harunnurasyid telah banyak orang berhimpunm hendak melihat hal Abu Nawas juga, apakah jawabnya kepada baginda.

Kemudian datanglah Abu Nawas serta membawa enam orang yang berjanggut. Telah sampailah Abu Nawas ke hadapan baginda, lalu ia berdatang sembah serta duduk pada majelis itu.

Maka raja Harunnurasyid pun bertitah kepadanya, “Hai Abu Nawas, manatah lembu yang pandai berkata-kata dan yang berjanggut itu”?

Sembah Abu Nawas sambil menunjuk kepada orang yang berenam itu, “Inilah ya Tuanku Syah Alam”.

Sabda amirulmukminin, “Hai Abu Nawas, apa yang engkau tunjukkan kepadaku ini”?

Sembah Abu Nawas, “Ya Tuanku Syah Alam, tanyakanlah kepada mereka itu hari apakah sekarang ini”.

Maka ditanyailah oleh Sultan Harunnurasyid orang-orang itu. Berlain-lainlah nama hari yang mereka sebut itu.

Kata Abu Nawas pula, “Jikalau mereka manusia, tahulah mereka akan nama hari itu. Apabila, jika Tuanku tanyakan hari yang lain-lain, tentu bertambah-tambah tiada diketahuinya. Manusiakah atau binatangkah yang demikian itu? Inilah lembu yang pandai berkata-kata, serta berjanggut, ya Tuanku.

Maka Sultan Harunnurasyid heran melihat hal Abu Nawas pandai sekali melepaskan dirinya itu. Setelah itu amirulmukminin pun menyuruh memberi persalin dan uang lima ribu dinar kepada Abu Nawas.

Sekalian orang heranlah. Setelah sudah, bermohonlah segala mereka itu pulang ke rumahnya masing-masing dengan suka cita. Abu Nawas pun pulang juga.

=====================

Demikianlah semoga bermanfaat untuk kita semua. Amin ya Robbal 'Alamin....

****************************

Lagi Kesah 1001 Malam!


salamceria





Page on facebook :-  burdibird.
Go to burdibird facebook

YouTube channel :-  burdibird.



Terima kasih!


Baca Lagi Kesah Fidah!